Kamis, 08 Mei 2014
Pengajian Akbar PD IPM Tangerang Selatan
Tangerang Selatan – Kamis
(1/5) lalu, Pimpinan Daerah Ikatan Pelajar Muhammadiyah Tangerang Selatan
menggelar Pengajian Akbar dengan tema Mengungkap Sejarah Peradaban Islam di
Masjid Al Mujahidin Komplek Kantor Walikota Tangerang Selatan.
Kegiatan bidang KDI ini,
bertujuan untuk menyadarkan kaum muslimin khususnya pelajar, tentang urgensi
Sejarah Peradaban Islam yang lebih bersifat reflektif. Jadi, sejarah itu
bukan hanya tentang kapan, dimana, siapa, mengapa, dan bagaimana. Lebih dari
itu, sejarah harusnya dapat menjadi pelajaran bagi kehidupan kita
sehari-hari. Perkara yang baik kita
tiru, sedangkan yang buruk harus kita tinggalkan.
Hal ini senada dengan
ungkapan Ketua Umum PD IPM Tangerang Selatan, Ipmawan Tara Prayoga ketika
memberikan sambutan.
Menurutnya, generasi belakangan dari umat ini (baca :
Islam) tidak akan meraih kejayaan dan keemasan. Kecuali dengan mengikuti
apa-apa yang pernah dilakukan oleh generasi awal kaum muslimin. Yakni,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat Radhiyallahu
‘anhum jamian.
Oleh karena itu, mengimplementasikan segala aspek kebaikan
mereka merupakan kewajiban kita sebagai seorang muslim. Dengan hati yang
ikhlas, serta mengharap ridho Allah, kita harus menjadikan mereka idola yang
sebenarnya. Menurut ustadz Piet H. Khaidir, idola adalah pujaan, panutan,
seseorang yang seluruh aspek kehidupannya kita ambil sebagai teladan bagi hidup
kita. Dengan begitu, kalaulah idola berarti demikian, maka seharusnya idola kita adalah Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam, orang-orang sholeh, dan setiap mereka yang berada di
jalan Allah Ta’alaa, serta tetap istiqomah dalam berjuang di jalan-Nya.
Selain itu, ustadz Ahmad
Anshori pun tidak kalah menarik dalam menjelaskan sejarah peradaban Islam.
Beliau mengemukakan, bahwa sejarah itu berasal dari kata “Syajarotun”
yang berarti pohon. Kalau kita telaah secara sistematis memang sejarah
hampir sama dengan pohon, yang bermula dari sebuah bibit, akar, cabang, ranting
dan buah. Kalau bibitnya rambutan, pasti buahnya akan menjadi rambutan. Tidak
mungkin menjadi kurma. Begitu pun sejarah. Ketika kita berbicara tentang
Sejarah Peradaban Islam, tentu hal ini erat kaitannya dengan Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam. Beliau ibarat bibitnya. Kalau memang kita merasa
buahnya, maka ikutilah ajaran beliau dengan haniif. Pegang teguh Al
Quran dan Sunnah dalam kehidupan. Jika sudah seperti itu, Insyaa Allah
hidup kita akan selamat dunia dan akhirat.
Kegiatan yang juga
dimeriahkan oleh grup Marawis SMK Muhammadiyah 03 Tangerang Selatan ini,
dimulai dari bada zhuhur hingga pukul 17.00 WIB.
Penyampaiaan materi terlebih dahulu, kemudian
setelah sholat ashar dilanjutkan sesi diskusi dan tanya jawab dengan dipandu
oleh moderator, Nur Muhammad Siddiq yang
juga ketua KDI PD IPM Tangsel. Pertanyaan-pertanyaan kritis dari para peserta
membuat suasana di Masjid menjadi seru dan begitu membangkitkan semangat.
Di antara pertanyaan
tersebut datang dari salah seorang siswi SMP Islam At Taqwa Pamulang, “Bagaimana
caranya move on dari idola-idola yang bukan beragama Islam?”. Ustadz
Piet mengatakan, “Mengidolakan mereka sebenarnya boleh-boleh saja. Asalkan kita
hanya mengagumi mereka dari sisi yang
baiknya. Karena walaupun kafir, pasti ia memiliki sisi-sisi baik yang dapat
kita tiru. Misalnya Justin Bieber. Sisi baik dari Justin Bieber adalah memiki
suara yang merdu. Maka, dalam hal ini, kita tidak masalah menyukainya. Adapun
perilaku Justin Bieber yang tidak baik. Seperti bertato, memakai kalung salib, gaya
hidup bebas, dan sebagainya. Tidak boleh kita kagumi!” Ujarnya tegas.
Ustadz Anshori
menambahkan, “Biar bagaimana pun, orang-orang di luar Islam itu tidak ada yang
bisa kita kagumi dari sisi akidah. Oleh karena itu, mereka tetap saja buruk di
mata Allah. Karena mereka tidak mau menyembah Allah.”
Setelah sesi diskusi,
sekarang giliran kedua pemateri menguji seberapa jauh pemahaman peserta tentang
materi yang disampaikan dengan berbagai pertanyaan. Alhasil, ternyata para
peserta sangat antusias sekali dalam menjawab pertanyaan dari kedua pemateri
yang mumpuni ini. Namun, dari banyak jawaban yang baik, tentu dipilih jawaban
yang terbaik. Peserta yang mengemukakan jawaban terbaiknya, kami beri
penghargaan berupa hadiah-hadiah yang menarik.
Setelah itu, pemateri pun
menerima kenang-kenangan dari kami berupa piagam penghargaan. Piagam untuk
ustadz Piet H. Khaidir diserahkan langsung oleh Tara Prayoga selaku Ketua Umum
PD IPM Tangerang Selatan.
Sementara untuk Ustadz Ahmad Anshori diserahkan oleh
Ketua Pelaksana, Yayang Dwi Ulfa.
Berakhirnya kegiatan
Pengajian Akbar ini, bukan berarti berakhir pula pertemuan kami dengan peserta
khususnya pelajar. Karena setelah ini, kami akan mengadakan tindak lanjut dalam
bentuk mengunjungi setiap sekolah se-Tangerang Selatan guna silaturahiim dan
mengadakan event kerjasama jika memungkinkan. (Tara)
Langganan:
Postingan (Atom)